Saturday, July 14, 2012

Pendidikan Seks agar Kita Semua bisa Menjaga dan Memaknainya

Kenyataan menunjukkan bahwa minimnya aksesibilitas pada pengetahuan akan seks yang benar memberikan dampak buruk pada kehidupan rakyat Indonesia khususnya Pelajar. Menurut penelitian dari Lembaga Psikologis ITB, siswa yang berpendapat bahwa pendidikan seks diperlukan pada akhirnya malah mencari referensi lain yang tidak dapat diandalkan dan bersifat menjerumuskan. Hal ini di dapat dari majalah prono, film porno, diskusi ‘kelas rendah’ baik sesama teman maupun dengan orang yang lebih tua. Sebagian dari golongan ini menganggap rasa ingin tahu sebagai pencetus awalnya, meski setelah rasa penasaran tersebut terpenuhi mereka tetap melakukannya karena bersifat adiktif. Masih dari penelitian yang sama, siswa yang menganggap bahwa pendidikan seks itu tidak perlu ada dan tidak memilikki keinginan lebih untuk mencari tahu malah akan menyebabkan pelajar tersebut kekurangan ilmu dalam menjaga kebersihan sistem dan alat reproduksinya, tidak mampu memberikan tindakan pencegahan maupun pengobatan ketika terjadi fenomena reproduktif seperti menstruasi, ejakulasi, dan keputihan. Bahkan absennya pengetahuan akan hierarki dan hukum seks baik secara agama maupun hukum negara, menyebabkan seks kehilangan perannya sebagai sesuatu yang sakral. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan siswa tidak hanya memilikki pengetahuan seks yang benar dan cukup tetapi memilikki keterbukaan untuk membicarakannya dengan orang yang dipercaya seperti guru dan orangtua.

 Materi dalam pendidikan seks ini hendaknya disesuaikan dengan daya serap rata rata siswa pada usia tertentu serta fasa perkembangan sistem reproduksi yang sedang mereka alami. Aspek yang penting untuk diajarkan dalam pendidikan seks antara lain: Sistem reproduksi biologis&kebersihan pribadi, pencegahan HIV dan kehamilan dini, serta hukum hukum yang berlaku dalam kehidupan seks. Sistem reproduksi merupakan cabang keilmuan biologi yang didalamnya mempelajari organ reproduksi beserta fungsi dan cara kerjanya. Hal ini memungkinkan siswa mengetahui dengan benar dan terarah berbagai macam hal seperti gejala pubertas, proses pembuahan pada manusia, cara menjaga kerbersihan organ reproduksi serta menjauhkan diri dari penyakit menular seksual. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan aspek keagamaan dan hukum yang berlaku di Indonesia. Sehingga siswa yang terdidik lewat pendidikan ini memilikki moral yang tepat dan tidak melanggar aturan yang berlaku secara agama dan konstitusional. Mengingat sesungguhnya hukum dan moral merupakan hal yang membedakan manusia dan hewan, manusia seharusnya mampu memaknai seks sebagai sesuatu yang sakral dan tidak hanya untuk pemuas nafsu belaka.

 Dalam penyampaiannya metode yang dilakukan dapat bervariasi sesuai kebutuhan dan kondisi. Misalnya ketika dilakukan pendidikan seks untuk siswa sekolah dasar mengenai proses terbentuknya manusia, bisa melalui permainan interaktif di komputer dengan bimbingan orangtua dan psikolog terpilih. Metode konvensional seperti pengajaran di kelas dan seminar juga masih tetap diperlukan. Seminar disini bisa mengundang ahli hukum dan ahli medis di bidang reproduksi atau orang orang yang memilikki kaitan dan pengalaman dengan kejadian seks seperti penderita AIDS dan mantan pekerja prostitusi. Sehingga siswa di tingkatan yang lebih dewasa dan biasanya berada dalam fasa dilematis memilikki gambaran tentang konsekuensi yang terjadi di dunia nyata. Tetapi yang sebenarnya paling penting adalah metode penyampaian yang terintegrasi dalam setiap pengajaran, yaitu selalu mengingatkan hukum konstitusional dan agama yang dianut dalam pengajaran aspek yang lain yaitu sistem reproduksi biologis, pencegahan HIV dan kehamilan dini.

No comments: